5/26/2013

TUKANG PARKIR



TUKANG PARKIR

            Kisah ini terjadi 5 Mei 2013 yang lalu, tepatnya di hari minggu. Sebenarnya kondisi ku saat itu sangat baik terkhusus dalam hal emosi. Aku sangat senang karena cuaca saat itu sangat sejuk di pagi hari, meskipun semakin siang semakin panas (tapi tidak sepanas kota Medan pastinya). Pagi itu, kira-kira pukul 9, aku baru aja pulang ibadah dengan kondisi hati yang sangat riang karena menikmati kidung pujian dan firman saat ibadah. Dalam perjalanan pulang dari gereja ke kos, aku sedang memikirkan ngapailah enaknya hari ini ya habis gereja? Pertanyaan itulah yang melintas dalam pikiranku. Sesampainya di kos aku langsung duduk sebentar sambil menonton TV. Saat sedang menonton, aku diajak teman sekos untuk jalan-jalan di ke pasar minggu kota malang. Pikirku, wahhh asiklah bisa melihat keramaian untuk sesaat. Karena saat itu, aku sudah bosan di rumah mengerjakan tugas-tugas kuliah dan presentasi yang sangat menyita waktu dan pikiranku. Maklumlah masi anak kuliah,,apa lagi saat itu adalah bulan dimana tugas akan di kumpul plus final project yang lumayan banyaknya.
            Singkat cerita kami pun berangkat ke pasar minggu tersebut dengan menggunakan sepeda motor teman ku itu. Sebelum berangkat aku langsung mengambil helm pinjaman dari teman beberapa hari yang lalu untuk di pakai. Setelah menggunakan helm, kami langsung cap cus ke TKP. Sesampainya disana, kami langsung menuju parkiran untuk memarkirkan kendaraan kami. Disana kami melihat beraneka macam dagangan yang unik-unik, mulai dari makanan, peralatan rumah tangga, pakaian, dll. Emang sih ga ada niat mau beli barang, karena tujuan utama kami hanyalah melihat-lihan saja. Setelah melewati banyak kios kios, kami melihat banyak juga jenis-jenis makanan khas daerah di tempat itu. Akhirnya, kami memutuskan untuk makan sejenis lontong (lupa namaya, tapi rasanya sangat aneh). Kemudian, kami pun langsung kembali ke parkiran untuk pulang. Setelah sampai ke parkiran, kami melihat tukang parkirnya sedang duduk  santai di atas motor kami sambil tersenyum ramah. Aku pun langsung berkata:
 “Permisi mas…”
Nggeh mas... bales si tukang parker dengan sopan (seperti itulah budaya Jawa setau ku).
            Tukang parkirnya pun langsung bergerak berdiri menjauhi sepeda motor kami dan jreeeengggggg……. Aku langsung terkejut karena helm yang ku pakai tadi sudah hilang. Aku menghampiri si tukang parkir.
“Mas, helm saya dimana ya??? Jawabnya:”aduh mas, saya gak tau. Terus jawabku lagi: loh bukannya mas dari tadi duduk di motor kami,kok helmnya hilang tidak di ketahui? Si tukang parkirnya kembali lagi menjawab: wah sukur-sukur ga sepeda motornya mas yang hilang, katanya dengan nada yang lembut sambil sedikit tersenyum. Kata-kata dia itu sangat MAJLEB (bahasa jawa yang artinya menyakitkan hati). Awalnya aku masih meladeni si tukang parkir dengan nada yang lembut, ehh semakin lama si tukang parkir pergi menjauhi kami seolah-olah dia tidak bersalah atas kejadian itu. Akupun menghampirinya lagi dan berkata: “jadi gimana ni mas? Dia pun menjawab ya sudah biarin ajalah mas, kan sepeda motornya masih ada, gak apalah gak pakai helm pulang gak ada kok polisi, kan rumahnya dekat. Daripada sepedanya yang hilang kan lebih parah.” Begitulah katanya. Setelah mendengar kata-kata itu, aku mulai emosi melihat sikapnya yang mulai tidak bertanggung jawab itu. Kataku lagi padanya: percuma aja dong mas ada tukang parkirnya klo ada yang hilang, apalagi tukang parkirnya duduknya di motor tersebut. Ehh,,,si tukang parkir malah kembali berkata: “mas sih gak buat helmnya di joke motor jadi hilang deh.” Padahal semua kendaraan disana juga rata-rata tidak menggantungkan helmnya di joke motor.
            Saat itu, emosiku pun mulai tidak stabil dan berkata: mas, klo kerja itu yang bener dong, jangan hanya minta uang parkiran dan setelah itu membiarkannya saja. Si tukang parkir pun mulai emosi, tetapi akupun semakin emosi.
            Saat itu, aku tiba-tiba melihat beberapa helm bergantungan di pagar yang berjarak kira-kira 10 meter dari kami. Aku pun langsung berkata kembali ke tukang parkirnya: mas, itu helm siapa?,, oooo itu ga mungkin punya mas karena itu tempat penitipan helm dan helm-helm yang disana khusus dititipkan kepada kami. Tetapi setelah ku amati, salah satu helm yang di gantungkan itu sangat mirip dengan helm yang aku bawa tadi. Aku minta ijin melihat helm tersebut kepada tukang parkir yang lain (teman yang di sebelah tukang parkir pertama). Setelah aku menyentuh dan melihatnya, ternyata emang benar itulah helm yang aku pakai karena aku sangat mengenali helm tersebut. Si tukang parkirnya pun mulai panik dan berkata: kok bisa ya????? Melihat kondisi itu aku langsung berniat memarahi tukang parkirnya. Ehhh sebelum aku mulai marah dia malah meminta uang Rp.2000 lagi kepada ku. Akupun berkata:”loh ngapai saya harus bayar, sayakan tidak menitipkannya?” si tukang parkir malah berkata:” loh mas, daripada helmnya hilang tadi dan harus beli baru gimana??? Wahh kata-kata itu semakin memancing emosiku meningkat dan akupun membentak tukang parkir tadi sambil berkata: “MAS KALO MAU CEPAT KAYA, KAMU AMBIL AJA SEMUA HELM YANG ADA DI MOTOR-MOTOR ITU DAN MENYIMPANNYA DI TEMPAT PENITIPAN HELM INI. SUPAYA PEMILIKNYA BISA BAYAR LEBIH SAMA MAS ATO MALAH MAS BISA JUAL HELMNYA KEPADA ORANG LAIN. KAN CEPAT KAYANYA”. Kataku dengan nada emosi versi Batak (karena aku orang batak). Si tukang parkir pun semakin emosi dan berteriak kepadaku:”Maunya mas apa, mau ajak rebut ya?” akupun kembali membalas:”emang mau kamu apa?” jawabku dengan nada emosi. Akhirnya temanku pun melerai sambil mengajak aku pergi secepatnya. Perkelahian itupun batal terjadi.
            Sebenarnya, aku bukan tidak mau membayar uang Rp. 2000 kepada si tukang parkir itu, meskipun pada akhirnya aku juga memberinya karena pikirku dalam hati “daripada aku beli baru untuk mengganti helm pinjaman ini, mending aku bayar ajalah”, aku hanya ingin memberi pelajaran kepada si tukang parkir supaya dia jerah berbuat curang dalam pekerjaanya. Setelah kejadian itu aku hanya berharap dia jerah dan tidak mengulangi hal yang memalukan itu kepada orang lain. Singkat kata, kami pun pulang kerumah dengan helm yang lengkap walau sedikit kesal.

No comments:

Post a Comment