6/10/2013

KISAH NEKAT KE GUNUNG BROMO




KISAH NEKAT KE GUNUNG BROMO


Rencana ke Gunung Bromo
            Dari awal saya tinggal di Malang, selain mencari teman di kota ini untuk melanjutkan study S2, hal yang paling wajib saya lakukan adalah mencari tempat wisata yang menarik, sekaligus yang menantang adrenalin. Yahh,,,namanya juga hobi. Jalan-jalan adalah salah satu hal yang sulit untuk saya tolak dalam hidup ini (lebayyyy). Akhirnya, dari sekian banyak menu objek wisata di Jawa Timur ini, Gunung Bromo merupakan tempat yang harus aku jalani karena konon katanya Gunung ini masih aktif dan sangat indah pemandangannya.
            Gunung Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut dan berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten Probolinggo, Pasuruan,Lumajang, dan Kabupaten Malang (kata mbah Google yaaa). Wahh tinggi sekali bukan? Inilah juga alasan kenapa aku harus kesana. Tanpa banyak basa-basi, aku pun langsung mencari waktu dan teman yang tepat untuk berpetualang kesana. Akhirnya, dari sekian banyak waktu yang tertunda tanggal 6 Juni 2013 pun menjadi saksi perjalanan ku ke Gunung Bromo.

Pasukan siap tempur
            Setelah mendapat waktu yang tepat, saatnya mengumpulkan personil. Teman sekelaspun menjadi pilihan yang tepat bagiku. Selain karena sudah kenal, menciptakan keakrapanpun menjadi alasanku untuk memilih teman sekelas. Jauh-jauh hari aku sudah mengajak teman-temanku ke tempat tersebut dan yang meresponnyapun lumayan banyaklah. Ehhh….ternyata saat hari H hanya ada 5 orang saja yang berangkat. Mau tau siapa saja orang-orang tersebut ini dia:
            Ronald…. Si anak Medan pencinta Alam
           

            Yansyah…. Si manusia pelupa, but always smile dari Banjarmasin

            Agus…. Teman yang di import dari kelas lain. Asalnya dari Bima
           

            Desi…. Si cewe yang agak narsis dari ponorogo
           

            Lia…. Si cewe “Slow Motion dan Modus” dan agak lebay (peace Lia) dari Situbondo
           

            And here we are
             


Tanda-tanda aneh
            Meskipun petualangan ini sudah lama direncanakan, ternyata ada-ada saja hal aneh yang terjadi. Di awali dari banyaknya teman-teman yang mengundurkan diri untuk ikut karena berbagai alasan, bahkan yang lebih extreme dari teman kami si Mitong (alias Mita), yang katanya ikut ternyata saat mau brangkat dia datang ke kos ku pake kaos dan celana pendek kalo tidak salah, dan dengan nada menyesal dia berkata: “aku tidak ikut rek karena di tidak di izinkan mamaku”. Kata-kata itu sontak membuat MAKJLEB bagi kami semua. Yah meskipun demikian dia menyogok kami dengan memberikan motornya untuk kami pakai, nasi goring, snack, dan perlengkapan lain. Hal aneh kedua dating dari teman kami si Yansyah. Dengan tanpa berdosa dia nge-posting di group WA kelas kami yang berisi: “teman-teman maafkan segala kesalahan kami selama ini ya.” Kata-kata itu membuat aku merinding sebenarnya karena seolah-olah hal buruk akan terjadi pada kami saat kami dalam perjalanan ke Gunung Bromo. Untungnya kata-kata itu tidak terjadi. Hal aneh yang ketiga, di hari keberangkatan, mulai siang sampai malam hujan datang dengan lebat dan sesekali gerimis yang seolah-olah tidak mengijinkan kami untuk berangkat. Tetapi dengan semangat muda yang menggebu-gebu hujan itupun kami tembus. Hal aneh yang selanjutnya sewaktu kami dapat info dari teman dan dari Mbah Google mulai dari 1 Juni harga tiket masuk ke bromo naik dari Rp.6000 menjadi Rp.72.500. kondisi itu sempat membuat aku dan teman-teman kesal tetapi ternyata sesampai di sana kami hanya mengeluarkan kocek sebesar Rp.10.000/orang + Rp.3000/kendaraan bermotor untuk uang parkir.

Orang buta menuntun orang buta
            Istilah ini merupakan istilah yang paling tepat bagi kami karena tidak satupun dari kami yang mengetahui dengan pasti rute menuju Gunung Bromo. Meskipun demikian, kami tidak menyerah untuk berangkat kesan. Apalagi hujan yang lumayan mengganggu perjalanan kami dari Malang sampai ke Bromo tanpa berhenti semenit pun. Itu juga tidak menghalangi semangat kami. Yang aku ingat, kami hanya tersenyum saat perjalanan kesana dan yang paling anehnya setiap jalan yang kami lalui seolah-olah kami itu sudah biasa melewatinya padahal sebenarnya tidak. Petunjuk jalan dan bertanya pada orang lain adalah penolong kami saat perjalanan.
            Perjalanan itu kami mulai dari jam 22.00 WIB dan sampai di gerbang masuk Bromo sekitar jam 02.30 WIB. Sebenarnya perjalanan itu kami tempuh hanya sekitar 3 ½ jam saja karena beberapa saat kami berhenti di mesjid karena hujan lebat dan sesekali juga berhenti karena beberapa dari kami harus membersihkan kacamata yang terkena hujan tersebut. Kecepatan kami dalam mengendarai sepeda motorpun hanya berkisar 40-60Km/Jam selama perjalanan. Sangat lambat sebenarnya tetapi disitulah moment dimana kami sangat menikmati perjalanan itu. Terus terang itu merupakan pengalaman pertamaku mengendarai sepada motor dengan perjalanan yang lumayan jauh di malam hari. Kalau biasanya aku berkendara dengan perjalanan panjang hanya di siang hari saja.

Sesampainya di Gunung Bromo
            Saat sudah sampai disana, kami benar-benar tidak mengantuk sedikitpun padahal itu sudah jam tidur orang pada umumnya. Kami sangat senang bahkan sedikit tidak percaya bisa sampai disana dengan bermodalkan nekat saja. Yang aku ingat perjalanan dari kaki Gunung Bromo itu sangat mengerikan. Hujan lebat, jalan licin, ranting pohon yang berjatuhan di jalan, sesekali jurang di kiri dan kanan jalan, bahkan beberapa ular juga aku lihat berjatuhan dari pohon ke tengah jalanan, tetapi aku tidak mau menabraknyanya karena ku pikir mereka juga pengen menikmati indahnya pemandangan di Bromo. Yang paling tidak kalah mengerikannya adalah kabut tebal saat perjalanan ke puncak. Jarak pandang hanya berkisar 2-3 meter saja yang membuat kecepatan kami berkendarapun hanya sekitar 20-30Km/Jam. Di tambah lagi dinginnya suasanya disana ibarat di dalam kulkas yang membuat jari tangan bahkan bibir kamipun jadi keriput. Kalau aku taksir dinginnya itu berada di bawah 150C. dinginnya suhu pada saat itu sangat menusuk sampai ke tulang.
            Saat sudah mencapai puncaknya, kami tidak langsung masuk karena portal menghalangi kami. Tidak jelas mengapa petugas menutup jalan masuk saat itu. Kami hanya bisa berhenti sejenak sambil bercerita.
Seperti biasa para calo gelap pun menghampiri kami untuk membeli tiket parkir masuk, ntah kenapa setiap melihat tukang parkir aku langsung sensitif. Aku hanya bilang ke teman-teman tidak usah di bayar karena mereka itu tukang parkir yang illegal dan ternyata dugaanku pun benar. Ternyata itu hanya trik-trik orang disana untuk memperoleh keuntungan. Sesekali kami juga di tawarkan penginapan tetapi kami menolaknya karena tujuan kami kesana bukan menginap tetapi mengejar Sunrise di puncak gunung bromo. Konon katanya melihat sunrise di tempat itu saangat menarik, jadi kamipun sangat pengen melihatnya. Sebelum kami menuju the real top of the mountain kami membayar karcis masuk dulu dan setelah itu kamipun istirahat sebentar sambil minum teh panas di warung yang ada di sekitar puncak Bromo dan memakan nasi goreng yang di berikan oleh teman kami si Mita (orang yang gagal ikut karena di marahi mamanya).
            
            
            Setelah mengisi perut yang sejengkal itu, kami langsung mendaki ketempat yang lebih tinggi, tetapi karena sudah jam 04.30 kami berhenti sejenak di mushola yang ada disana karena semua temanku kecuali aku harus melaksanakan sholat subuh. Kemudian, kami langsung bergegas dengan cepat karena sebentar lagi merupakan saat yang paling di nantikan orang-orang kalau berada di puncak Bromo yaitu melihat Sunrise. Emang sih sedikit kecewa, karena matahari saat itu sedikit malu keluar dari sarangnya, ntah karena jumlah kami yang sangat banyak (hampir 1000 oranglah kalo ga salah) membuat mataharinya jadi malu-malu keluar. Padahal sebenarnya matahari tidak jelas muncul karena di tutupi oleh kabut yang tebal saat itu. Meskipun demikian, kami tetap bersukacita sambil mengabadikan moment indah itu dengan kamera yang kami bawa.

        
    

            

            

            
           
             


           Sesekali kami juga bernarsis ria dengan para bule disana. Karena disana sangat banyak kami temui turis dari manca Negara, sekalian sedikit mengasah kemampuan bahasa inggris kami dengan native speaker.

Perjalanan turun gunung seperti menuju pintu maut
            Setelah puas menikmati ciptaan Tuhan yang luar biasa di puncak gunung, sekitar pukul 06.00 pagi kamupun mulai bergegas untuk turun gunung dari jalur yang berbeda yang menuju arah Tumpang. Sewaktu mulai menuruni puncak itu, kami semua terkejut dengan curam dan licinnya jalan untuk menuruni gunung itu. Kemiringannya melebihi 450, tetapi untunglah kendaraan kami memiliki kualitas rem yang baik sehingga penurunan maut itu pun kami lewati dengan penuh perjuangan.
            

Kawah Gunung Bromo
            Tidak berhenti disatu titik saja, kamipun kembali mencari kepuasan baru di kawah gunung Bromo yang terletak kira-kira 9Km dari puncak gunung itu. Kawah itu benar-benar membuktikan bahwa gunung itu masih benar-benar aktif. Itu terlihat dari gumpalan asap yang tebal keluar dari mulut kawah tersebut setiap saat.

            

            Bukan itu saja, yang paling sulit aku lupakan adalah perjalanan mendaki ke kawah tersebut benar-benar menguras tenaga deh pokoknya. Karena kami mendaki kawah itu hanya dengan berjalan kaki. Emang sih ada penawaran dari beberapa penunggang Kuda untuk mendaki kawah tersebut dengan mengendarai kuda, tapi kami lebih memilih berjalan kaki supaya semakin menantang dan merasakan kebersamaan (padahal supaya mengirit biaya, hehehe). Perjalanan menuju puncak kawah itu sekitar 1 ½ Km klo tidak salah dan sangat sangat melelahka pastinya. Di tambah lagi kami sudah tidak tidur semalaman. Mau tau giman kondisi perjalanan ke puncak kawah??? Ini dia:
            

            

Saatnya pulang
            Pengalaman indah ini pasti tidak akan aku lupakan sampai seumur hidupku. Semua hal yang aku lihat di tempat indah itu membuat aku semakin kagum akan sang pencipta. Dia menciptakan segala sesuatu dengan sempurna dan tidak bisa ditandingkan dengan kemampuan manusia. Aku hanya bisa mengucap syukur dan berterima kasih setelah menikmati hasil karyaNYA itu.
            Dengan suasana sukacita, kamipun pulang menuju malang dengan melewati lautan pasir yang sangat luas. Butuh skill yang baik untuk melewati lautan pasir itu, apalagi dengan menggunakan sepeda motor metik (seperti sepeda motor yang aku gunakan) karena kalau tidak hati-hati bisa terpeleset dengan kedalaman pasir yang sangat menantang. Tetapi kami sangat beruntung saat itu hujan baru saja turun jadi kondisi pasir sedikit lebih padat dan tidak terlalu berdebu.

            

            Setelah berhasil melewati lautan pasir itu, kami melanjutkan perjalanan pulang dengan jalan yang jelek sekali di tambah dengan guyuran hujan yang kembali menggangu perjalanan kami seperti saat pergi ke tempat itu. Hanya senyuman dan semangat pantang menyerahlah yang aku rasakan terpancar dari wajah kami semua. Singkat cerita, kamipun sampai di Malang sekitar pukul 16.00 WIB. So pasti badan pegal-pegal dan pengen mandi dan langsung tidur.hehehehe
            Itulah semua kisah nekatku dan teman-teman ke GUNUNG BROMO. YEAHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!


            Mau lihat cerita lainnya klik di sini ya...



HAPPY MEMORIES NEVER WEAR OUT.... RELIVE THEM AS OFTEN AS YOU WANT.

No comments:

Post a Comment