KISAH NEKAT KE GUNUNG BROMO
Rencana ke Gunung Bromo
Dari awal saya tinggal di Malang, selain mencari teman
di kota ini untuk melanjutkan study S2, hal yang paling wajib saya lakukan
adalah mencari tempat wisata yang menarik, sekaligus yang menantang adrenalin.
Yahh,,,namanya juga hobi. Jalan-jalan adalah salah satu hal yang sulit untuk
saya tolak dalam hidup ini (lebayyyy).
Akhirnya, dari sekian banyak menu objek wisata di Jawa Timur ini, Gunung Bromo
merupakan tempat yang harus aku jalani karena konon katanya Gunung ini masih
aktif dan sangat indah pemandangannya.
Gunung
Bromo mempunyai ketinggian 2.392 meter di atas permukaan laut
dan berada dalam empat wilayah, yakni Kabupaten
Probolinggo, Pasuruan,Lumajang, dan Kabupaten
Malang (kata mbah Google yaaa). Wahh tinggi sekali bukan? Inilah
juga alasan kenapa aku harus kesana. Tanpa banyak basa-basi, aku pun langsung
mencari waktu dan teman yang tepat untuk berpetualang kesana. Akhirnya, dari
sekian banyak waktu yang tertunda tanggal 6 Juni 2013 pun menjadi saksi
perjalanan ku ke Gunung Bromo.
Pasukan siap tempur
Setelah mendapat waktu yang tepat, saatnya
mengumpulkan personil. Teman sekelaspun menjadi pilihan yang tepat bagiku.
Selain karena sudah kenal, menciptakan keakrapanpun menjadi alasanku untuk
memilih teman sekelas. Jauh-jauh hari aku sudah mengajak teman-temanku ke
tempat tersebut dan yang meresponnyapun lumayan banyaklah. Ehhh….ternyata saat
hari H hanya ada 5 orang saja yang berangkat. Mau tau siapa saja orang-orang
tersebut ini dia:
Ronald….
Si anak Medan pencinta Alam
Yansyah….
Si manusia pelupa, but always smile dari Banjarmasin
Agus….
Teman yang di import dari kelas lain. Asalnya dari Bima
Desi….
Si cewe yang agak narsis dari ponorogo
Lia….
Si cewe “Slow Motion dan Modus” dan agak lebay (peace Lia) dari Situbondo
And
here we are
Tanda-tanda aneh
Meskipun petualangan ini sudah lama direncanakan,
ternyata ada-ada saja hal aneh yang terjadi. Di awali dari banyaknya
teman-teman yang mengundurkan diri untuk ikut karena berbagai alasan, bahkan
yang lebih extreme dari teman kami si Mitong (alias Mita), yang katanya ikut
ternyata saat mau brangkat dia datang ke kos ku pake kaos dan celana pendek kalo
tidak salah, dan dengan nada menyesal dia berkata: “aku tidak ikut rek karena di tidak di izinkan mamaku”. Kata-kata
itu sontak membuat MAKJLEB bagi kami semua. Yah meskipun demikian dia menyogok
kami dengan memberikan motornya untuk kami pakai, nasi goring, snack, dan perlengkapan
lain. Hal aneh kedua dating dari teman kami si Yansyah. Dengan tanpa berdosa
dia nge-posting di group WA kelas kami yang berisi: “teman-teman maafkan segala
kesalahan kami selama ini ya.” Kata-kata itu membuat aku merinding sebenarnya
karena seolah-olah hal buruk akan terjadi pada kami saat kami dalam perjalanan
ke Gunung Bromo. Untungnya kata-kata itu tidak terjadi. Hal aneh yang ketiga, di
hari keberangkatan, mulai siang sampai malam hujan datang dengan lebat dan
sesekali gerimis yang seolah-olah tidak mengijinkan kami untuk berangkat.
Tetapi dengan semangat muda yang menggebu-gebu hujan itupun kami tembus. Hal
aneh yang selanjutnya sewaktu kami dapat info dari teman dan dari Mbah Google
mulai dari 1 Juni harga tiket masuk ke bromo naik dari Rp.6000 menjadi
Rp.72.500. kondisi itu sempat membuat aku dan teman-teman kesal tetapi ternyata
sesampai di sana kami hanya mengeluarkan kocek sebesar Rp.10.000/orang +
Rp.3000/kendaraan bermotor untuk uang parkir.
Orang buta menuntun orang buta
Istilah ini merupakan istilah yang paling tepat bagi
kami karena tidak satupun dari kami yang mengetahui dengan pasti rute menuju
Gunung Bromo. Meskipun demikian, kami tidak menyerah untuk berangkat kesan.
Apalagi hujan yang lumayan mengganggu perjalanan kami dari Malang sampai ke
Bromo tanpa berhenti semenit pun. Itu juga tidak menghalangi semangat kami.
Yang aku ingat, kami hanya tersenyum saat perjalanan kesana dan yang paling
anehnya setiap jalan yang kami lalui seolah-olah kami itu sudah biasa
melewatinya padahal sebenarnya tidak. Petunjuk jalan dan bertanya pada orang
lain adalah penolong kami saat perjalanan.
Perjalanan
itu kami mulai dari jam 22.00 WIB dan sampai di gerbang masuk Bromo sekitar jam
02.30 WIB. Sebenarnya perjalanan itu kami tempuh hanya sekitar 3 ½ jam saja
karena beberapa saat kami berhenti di mesjid karena hujan lebat dan sesekali
juga berhenti karena beberapa dari kami harus membersihkan kacamata yang
terkena hujan tersebut. Kecepatan kami dalam mengendarai sepeda motorpun hanya
berkisar 40-60Km/Jam selama perjalanan. Sangat lambat sebenarnya tetapi
disitulah moment dimana kami sangat menikmati perjalanan itu. Terus terang itu
merupakan pengalaman pertamaku mengendarai sepada motor dengan perjalanan yang
lumayan jauh di malam hari. Kalau biasanya aku berkendara dengan perjalanan
panjang hanya di siang hari saja.
Sesampainya di Gunung Bromo
Saat sudah sampai disana, kami benar-benar tidak
mengantuk sedikitpun padahal itu sudah jam tidur orang pada umumnya. Kami
sangat senang bahkan sedikit tidak percaya bisa sampai disana dengan
bermodalkan nekat saja. Yang aku ingat perjalanan dari kaki Gunung Bromo itu
sangat mengerikan. Hujan lebat, jalan licin, ranting pohon yang berjatuhan di
jalan, sesekali jurang di kiri dan kanan jalan, bahkan beberapa ular juga aku
lihat berjatuhan dari pohon ke tengah jalanan, tetapi aku tidak mau
menabraknyanya karena ku pikir mereka juga pengen menikmati indahnya
pemandangan di Bromo. Yang paling tidak kalah mengerikannya adalah kabut tebal
saat perjalanan ke puncak. Jarak pandang hanya berkisar 2-3 meter saja yang
membuat kecepatan kami berkendarapun hanya sekitar 20-30Km/Jam. Di tambah lagi
dinginnya suasanya disana ibarat di dalam kulkas yang membuat jari tangan
bahkan bibir kamipun jadi keriput. Kalau aku taksir dinginnya itu berada di
bawah 150C. dinginnya suhu pada saat itu sangat menusuk sampai ke
tulang.
Saat
sudah mencapai puncaknya, kami tidak langsung masuk karena portal menghalangi
kami. Tidak jelas mengapa petugas menutup jalan masuk saat itu. Kami hanya bisa
berhenti sejenak sambil bercerita.
Seperti biasa
para calo gelap pun menghampiri kami untuk membeli tiket parkir masuk, ntah
kenapa setiap melihat tukang parkir aku langsung sensitif. Aku hanya bilang ke
teman-teman tidak usah di bayar karena mereka itu tukang parkir yang illegal
dan ternyata dugaanku pun benar. Ternyata itu hanya trik-trik orang disana
untuk memperoleh keuntungan. Sesekali kami juga di tawarkan penginapan tetapi
kami menolaknya karena tujuan kami kesana bukan menginap tetapi mengejar Sunrise di puncak gunung bromo. Konon
katanya melihat sunrise di tempat itu saangat menarik, jadi kamipun sangat
pengen melihatnya. Sebelum kami menuju the
real top of the mountain kami membayar karcis masuk dulu dan setelah itu
kamipun istirahat sebentar sambil minum teh panas di warung yang ada di sekitar
puncak Bromo dan memakan nasi goreng yang di berikan oleh teman kami si Mita
(orang yang gagal ikut karena di marahi mamanya).
Setelah
mengisi perut yang sejengkal itu, kami langsung mendaki ketempat yang lebih
tinggi, tetapi karena sudah jam 04.30 kami berhenti sejenak di mushola yang ada
disana karena semua temanku kecuali aku harus melaksanakan sholat subuh.
Kemudian, kami langsung bergegas dengan cepat karena sebentar lagi merupakan
saat yang paling di nantikan orang-orang kalau berada di puncak Bromo yaitu
melihat Sunrise. Emang sih sedikit
kecewa, karena matahari saat itu sedikit malu keluar dari sarangnya, ntah
karena jumlah kami yang sangat banyak (hampir 1000 oranglah kalo ga salah)
membuat mataharinya jadi malu-malu keluar. Padahal sebenarnya matahari tidak
jelas muncul karena di tutupi oleh kabut yang tebal saat itu. Meskipun
demikian, kami tetap bersukacita sambil mengabadikan moment indah itu dengan
kamera yang kami bawa.
Sesekali kami juga bernarsis ria dengan para bule disana. Karena disana sangat banyak kami temui turis dari manca Negara, sekalian sedikit mengasah kemampuan bahasa inggris kami dengan native speaker.
Perjalanan turun gunung seperti menuju pintu maut
Setelah puas menikmati ciptaan Tuhan yang luar biasa
di puncak gunung, sekitar pukul 06.00 pagi kamupun mulai bergegas untuk turun
gunung dari jalur yang berbeda yang menuju arah Tumpang. Sewaktu mulai menuruni
puncak itu, kami semua terkejut dengan curam dan licinnya jalan untuk menuruni
gunung itu. Kemiringannya melebihi 450, tetapi untunglah kendaraan
kami memiliki kualitas rem yang baik sehingga penurunan maut itu pun kami
lewati dengan penuh perjuangan.
Kawah Gunung Bromo
Tidak
berhenti disatu titik saja, kamipun kembali mencari kepuasan baru di kawah gunung
Bromo yang terletak kira-kira 9Km dari puncak gunung itu. Kawah itu benar-benar
membuktikan bahwa gunung itu masih benar-benar aktif. Itu terlihat dari
gumpalan asap yang tebal keluar dari mulut kawah tersebut setiap saat.
Bukan
itu saja, yang paling sulit aku lupakan adalah perjalanan mendaki ke kawah
tersebut benar-benar menguras tenaga deh pokoknya. Karena kami mendaki kawah
itu hanya dengan berjalan kaki. Emang sih ada penawaran dari beberapa
penunggang Kuda untuk mendaki kawah tersebut dengan mengendarai kuda, tapi kami
lebih memilih berjalan kaki supaya semakin menantang dan merasakan kebersamaan (padahal
supaya mengirit biaya, hehehe). Perjalanan menuju puncak kawah itu sekitar 1 ½
Km klo tidak salah dan sangat sangat melelahka pastinya. Di tambah lagi kami
sudah tidak tidur semalaman. Mau tau giman kondisi perjalanan ke puncak
kawah??? Ini dia:
Saatnya pulang
Pengalaman indah ini pasti tidak akan aku lupakan
sampai seumur hidupku. Semua hal yang aku lihat di tempat indah itu membuat aku
semakin kagum akan sang pencipta. Dia menciptakan segala sesuatu dengan
sempurna dan tidak bisa ditandingkan dengan kemampuan manusia. Aku hanya bisa
mengucap syukur dan berterima kasih setelah menikmati hasil karyaNYA itu.
Dengan
suasana sukacita, kamipun pulang menuju malang dengan melewati lautan pasir
yang sangat luas. Butuh skill yang baik untuk melewati lautan pasir itu,
apalagi dengan menggunakan sepeda motor metik (seperti sepeda motor yang aku
gunakan) karena kalau tidak hati-hati bisa terpeleset dengan kedalaman pasir
yang sangat menantang. Tetapi kami sangat beruntung saat itu hujan baru saja
turun jadi kondisi pasir sedikit lebih padat dan tidak terlalu berdebu.
Setelah
berhasil melewati lautan pasir itu, kami melanjutkan perjalanan pulang dengan
jalan yang jelek sekali di tambah dengan guyuran hujan yang kembali menggangu
perjalanan kami seperti saat pergi ke tempat itu. Hanya senyuman dan semangat
pantang menyerahlah yang aku rasakan terpancar dari wajah kami semua. Singkat
cerita, kamipun sampai di Malang sekitar pukul 16.00 WIB. So pasti badan
pegal-pegal dan pengen mandi dan langsung tidur.hehehehe
Itulah
semua kisah nekatku dan teman-teman ke GUNUNG BROMO. YEAHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!
Mau lihat cerita lainnya klik di sini ya...
HAPPY
MEMORIES NEVER WEAR OUT.... RELIVE THEM AS OFTEN AS YOU WANT.
No comments:
Post a Comment